GURU BIASA ADALAH GURU YANG MAMPU MENJELASKAN, GURU BAIK ADALAH GURU YANG MAMPU MENDEMONSTRASIKAN DAN GURU HEBAT ADALAH GURU YANG MAMPU MENGINSPIRASI SISWA.

Jumat, 30 November 2012

DRAFT KURIKULUM BARU SMP

Rencana pemberlakuan kurikulum baru pada tahun pelajaran 2013/2014 menimbulkan berbagai tanggapan. Mulai Juni 2013 draft kurikulum baru tersebut akan segera berlaku untuk tingkat SD, SMP, dan SMA. Semoga perubahan kurikulum ini dapat meningkatan kualitas pendidikan di Indonesia yang masih jauh tertinggal dari Negara lain.

Selasa, 27 November 2012

KODE ETIK GURU INDONESIA

 Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab.
 Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Indonesia memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Rabu, 10 Oktober 2012

GURUKU, JASAMU KU KENANG SELALU




Guru diibaratkan sebagai pelita dalam kegelapan, guru juga laksana embun penyejuk dalam kehausan. Guru dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti orang yang pekerjaannya (profesinya) mengajar. Dalam Wikipedia guru berasal dari bahasa sansakerta secara harfiah berarti berat, namun dipahami juga dihormati. Dalam filosofi jawa guru dimaknai dengan “digugu dan ditiru” artinya mereka yang selalu dicontoh dan dipanuti. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menegaskan bahwa ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”

Tak bisa dipungkiri bahwa guru adalah ujung tombak pendidikan nasional, keberhasilan pendidikan di suatu Negara sangat ditentukan oleh kualitas gurunya. Ketika kota Hiroshima dan Nagasaki dibombardir oleh Amerika Serikat pada tahun 1945, hal yang pertama ditanyakan oleh Kaisar Jepang, Kaisar Hirohito adalah berapa banyak guru yang masih hidup. Kaisar Hirohito sangat sadar bahwa kemajuan dan kebangkitan suatu bangsa itu dimulai dari sumber daya manusianya. Sementara sumber daya manusia yang berkualitas bisa dicapai dengan pendidikan. Sedangkan faktor yang penting dalam pendidikan pada masa itu adalah keberadaan guru.

Betapa pentingnya peran guru dalam pendidikan juga dikemukakan oleh John Goodlad, tokoh pendidikan Amerika Serikat ini pernah melakukan penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran. Penelitian yang dipublikasikan dengan judul “Behind the Classroom Doors”  menjelaskan bahwa “ketika para guru telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu-pintu kelas itu, maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru”.  Oleh karena itu kualitas dan kesejahteraan guru tersebut perlu mendapat perhatian sebaik-baiknya. Implikasi penelitian John goodlad dalam konteks otonomi pendidikan saat ini adalah bahwa pemerintah daerah perlu menciptakan sebuah sistem rekrutmen dan pembinaan karier guru agar para guru benar-benar memiliki profesionalisme dan efektivitas kerja yang tinggi supaya ketika ia memasuki ruang kelas mampu menciptakan kualitas pembelajaran yang ideal dan bermakna.

Membaca buku “LASKAR PELANGI” yang diangkat dari kisah nyata penulisnya Andrea Hirata, sungguh luar biasa. Sosok kepala sekolah Bapak Harfan Efendy Noor dan Ibu guru muda Muslimah Hafsari digambarkan sebagai sosok yang tulus, sederhana, dan sangat perhatian terhadap siswa-siswinya saat mengajar di SD Muhammadiyah, Desa Gantong, Kecamatan Gantong, Kabupaten Belitung Timur. Mereka mengajarkan integritas, keluhuran budi dan ketekunan yang sampai saat ini tetap hidup dalam hati sanubari para laskar pelangi. Rasanya, penggambaran sosok pak Harfan dan Bu Mus oleh Andre tidaklah berlebihan. Karena mereka adalah guru yang mampu memotivasi dan menginspirasi siswanya menjadi orang yang sukses. Diantara 11 orang laskar pelangi di sekolah itu, ada yang mendapat beasiswa Internasional kemudian melakukan research di University de Paris, Sorbonne dan lulus S2 dengan predikat with distinction dari sebuah universitas terkemuka di Inggris, ada yang menjadi Research and Development manager di salah satu perusahaan multinasional paling penting di negeri ini, dan ada yang menjadi wakil rakyat (dikutip dari http://ardithaanggun.blogspot.com/2011/04/sinopsis-novel-laskar-pelangi.html). Kisah pengabdian tulus dan dedikasi yang luar biasa di tengah keterbatasan yang ada dari ke dua guru tersebut, patut dijadikan renungan dan tauladan bagi para guru yang mengajar di sekolah yang fasilitas sarana dan prasarananya terpenuhi, atau bahkan yang berstandar nasional dan internasional.